TERIMA KASIH atas kunjungan ANDA

Minggu, 19 Juni 2011

Foto-foto Musim Haji Tahun 1953






Kalimat Labbaikallahumma Labbaik terngiang kembali saat melihat kumpulan foto foto jadul musim haji tahun 1953 dibawah ini.

Foto jadul ini adalah kumpulan foto-foto musim haji yang terangkum dalam majalah National Geographic tahun 1953.
Terlihat kota mekah masih terasa sepi, sangat jauh berbeda dengan keadaan sekarang dimana kota mekah telah menjadi
salah satu kota modern di dunia.


















sumber http://www.dakdem.com/galeri/23-foto/237-foto-foto-musim-haji-tahun-1953-jadul-ed

Hari Ini Hari Nelayan Indonesia, Ayo Makan Ikan..!



Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan mencatat bahwa dalam periode Januari – Februari 2011, sebanyak 32 orang nelayan hilang dan satu orang meninggal dunia. Para nelayan itu tewas saat mencari ikan di laut. Nelayan bertahan hidup tanpa perlindungan negara. Tingginya ombak di laut justru dibiarkan hingga hutang nelayan membengkak.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memang telah memperkirakan cuaca ekstrem akan berlangsung hingga April 2011. Akan tetapi, di masa sulit itu, uluran tangan pemerintah terasa seperti setetes air di tengah gurun pasir. Cuaca ekstrem selama musim angin barat ini justru disebut sebagai bencana sosial, bukan bencana alam yang mengancam keselamatan 2,7 juta jiwa nelayan dan lebih dari dua puluh juta keluarganya.

Abas, 40 tahun, seorang nelayan dari Marunda, Jakarta, adalah satu contoh nelayan yang melesu. Mukanya murung. Sudah beberapa hari ini ia mengaku tidak melaut. Cuaca ekstrem yang melanda Laut Jawa tak memungkinkan dirinya melaut. Bagi Abas, tidak melaut sama saja mematikan asap dapurnya. Padahal, ia harus menghidupi dua anak dan satu istri.

Melaut adalah gantungan hidup satu-satunya yang telah dilakoni Abas selama lebih dari dua puluh tahun. Kini, ketika cuaca ekstrem melanda, Abas nyaris tidak memiliki pendapatan. Ia hanya menambal kebutuhan hidup dari hasil memulung sampah plastik.

“Hasil mulung paling hanya laku lima belas ribu rupiah,” kata Abas dalam pernyataan pers Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan, Selasa (5/4), di Jakarta.

Abas tak sendiri. Masih banyak nelayan yang bernasib sama di Teluk Jakarta, bahkan di seluruh pelosok Indonesia ini. Perahu rekannya ada yang terseret ombak hingga Muara Gembong, Karawang (Jawa Barat), karena kencangnya angin. Beruntung rekannya selamat. Beberapa hari ini, nelayan Marunda pun sudah mulai makan enceng gondok sebagai sayur.

Banyak nelayan masygul menatap hari depan. Bak buah simalakama, nekat melaut nyawa taruhannya, tak melaut sama saja tak makan.

Dalam kondisi demikian, Koalisi mencatat bahwa respon yang dilakukan negara atas krisis multidimensi yang dihadapi nelayan ini justru dengan mengeluarkan kebijakan pengkaplingan laut melalui Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengolalaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Tak hanya itu, proses pembangunan yang tak ramah lingkungan juga terus dilakukan betapapun itu menimbulkan kerugian sosial budaya bagi masyarakat, seperti reklamasi pantai di Jakarta, Surabaya, Balikpapan, Makasar, dan Manado.

Perlakuan diskriminatif ini tak membuat nelayan tinggal diam dalam memperjuangkan hak-hak dasarnya sebagai warga negara maupun hak-hak khususnya sebagai nelayan atau pahlawan protein bangsa.

Bertepatan dengan Hari Nelayan Indonesia yang jatuh pada 6 April 2011, Forum Komunikasi Nelayan Jakarta (FKNJ) dan Kelompok Nelayan Rajungan Kalibaru (KNRK) bersama dengan Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA), Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), Institut Hijau Indonesia, Civil Society Forum (CSF) for Climate Justice, dan Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu (P3UW) pun akan menggelar aksi simpatik di sejumlah daerah.

Di Jakarta, aksi pada pukul 10 WIB hingga selesai dengan sejumlah agenda. Agenda tersebut adalah gerak jalan nelayan dari Patung Kuda ke Mahkamah Konstitusi untuk melalukan orasi dan testimoni tentang Undang-Undang Pesisir. Selanjutnya, aksi diarahkan ke seberang Istana Negara dengan menggelar orasi dan testimoni dari nelayan perempuan.

Di Semarang, Jawa Tengah, aksi dilakukan pada pukul 08.30 WIB hingga 11.30 WIB oleh Jaringan Solidaritas untuk Nelayan (Jala Nelayan). Aksi ini akan dilaksanakan di Bundaran Air Mancur Universitas Diponegoro (Sebelah Selatan Simpang Lima).

Di Langkat, Sumatera Utara, aksi dilakukan pada pukul 10 WIB hingga selesai, mulai dari 6 hingga 11 April 2011. Di sini, peringatan Hari Nelayan Indonesia dilakukan oleh Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Regio Sumatera untuk mengingatkan penyelenggara negara agar bertindak maksimal dalam melindungi nelayan tradisional yang hidup di wilayah perbatasan negara. Aksi dipusatkan di Kota Pangkalan Brandan.

Di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, peringatan Hari Nelayan Indonesia dilakukan pada pukul 10 WIT hingga selesai melalui seminar bertajuk “Stop Pembuangan Tailing ke Laut dan Sejahterakan Nelayan” di Gedung Joeang ’45, Selong. Hadir sebagai pembicara adalah Prof. Dr. Agil Al-Idrus, Prof. Dr. Idrus, Lalu Saefudin S.H., M.H., dan Amin Abdullah. Kegiatan yang dilakukan oleh Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Regio Nusa Tenggara bersama organisasi mahasiswa dan Lembaga Swadaya Masyarakat setempat ini dimaksudkan untuk mengingatkan negara agar mengkoreksi kebijakan pertambangan yang berdampak serius terhadap kehidupan nelayan tradisional. Di sini, nelayan memang mengeluh karena limbah tailing yang digelontorkan oleh perusahaan.

logo maker


ALAN FLETCHER
Desainer logo Reuters, Victoria dan Albert Museum and Institute of Directors.
Bersama Colin Forbes dan Bob Gill di tahun 1962 mendirikan Fletcher/Forbes/Gill , sebuah perusahaan desain. Beberapa perusahaan yang menggunakan jasanya antara lain Pirelli, Cunard, Penguin Books.





BOB GILL
Seorang desainer dengan bakat luar biasa. Dia terkenal dengan desain-desain judul di beberapa film-film terkenal. Beberapa perusahaan yang menggunakan jasanya antara lain Universal Pictures, Rainbow Theater, Apple Corps records, High Times Magazines.




CHERMAYEFF & GEISMAR
Kedua orang inilah yang mendesain logo Xerox, National Geographic, Mobil Oil, NBC, dan masih banyak lainnya. Mereka mendirikan sebuah perusahaan desain terkenal dengan Armani Exchange, Hearts Coorporations sebagai beberapa client yang menggunakan jasanya.





HERBERT I. LUBALIN
Dia adalah desainer untuk 3 majalah terkenal di luar sana, yakni majalah Eros, Fact dan Avant Garde.



MILTON GLASER
Pasti tau logo I LOVE NEW YORK yang suka di pajang di kaos, topi, tas, sticker, dll kan? Nah inilah sang penciptanya.




PAUL RAND
Sang desainer dari logo IBM yang terkenal dan juga desainer logo ABC. Dia adalah desainer spesialis untuk logo-logo perusahaan. Dia juga salah satu pencetus Swiss Style of Graphic Design. Sampai saat ini masih mengajar di Yale University.



RUTH KEDAR
Sang desainer logo Google. Ruth lahir di Brazil tapi kemudian pindah ke Israel untuk mendapatkan gelar arsitekturnya. Dia melanjutkan pendidikannya di Stanford University dan mendapatkan gelar Master di bidang desain, dan menjadi konsultan seni desain di Stanford selama 15 tahun. Hasil-hasil karyanya dapat di lihat di art.net



SAUL BASS
Seorang multitalenta, Saul Bass adalah seorang desainer dan juga pembuat film. Sebagai seorang desainer, logo hasil karyanya yang paling terkenal diantaranya logo United Airlines, logo Avery International dan logo Continental Airlines



WALLY OLINS
Wally Olins adalah salah satu pribadi yang paling dilirik beberapa perusahaan saat mereka membutuhkan logo untuk produk barunya. Dia adalah pendiri Saffron Consultants di tahun 2001. Dia menerima penghargaan CBE pada tahun 1999 dan dinominasikan pada penghargaan desainer Pangeran Philip pada tahun 1999. Beberapa perusahaan yang menggunakan jasanya antara lain: Prudentials, Renault, Volkswagen, dan Repsol.



WALTER LANDOR
Pria kelahiran Munich ini adalah desainer logo FedEX. Dia jugalah yang mendesain logo-logo produk seperti FujiFilm, Del Monte, Marlboro, Tab & Bank of America. Dan bukan hanya itu, beberapa perusahaan penerbangan seperti British Airlines, Japan Airlines dan Singapore Airlines juga menggunakan jasa kreatifnya. Keren ya.

Sabtu, 18 Juni 2011

teknologi modern di jaman kuno

Bangga akan apa yang kita capai dalam kemajuan IPTEK. Mungkin kita mengira bahwa pembangkit listrik tenaga surya, angin, dan lainnya merupakan teknologi canggih yang ditemukan oleh para ilmuwan di zaman modern ini. Tetapi, kita pasti tidak mengira bahwa desain teknologi yang mirip sudah lebih dulu diciptakan oleh peradaban zaman dahulu.

Desain Kincir Angin



Kincir angin Persia kuno merupakan salah satu kincir angin tertua yang pernah dibuat oleh manusia. Kincir angin ini dibuat oleh peradaban Persia sekitar 3000 tahun yang lalu. Kincir angin ini digunakan untuk menggiling gandum dan memompa air.

Tanaman alang - alang diikat menjadi satu sehingga terbentuk bantalan yang diletakkan di sumbu pusat. Kincir angin ini dibuat dengan hati - hati, karena hampir setiap bagian dibuat dengan tangan.

Walaupun mekanismenya sederhana, tetapi kincir angin ini telah dikenal oleh seluruh peradaban lainnya pada masa itu, dan beberapa negara masih menggunakan mekanisme seperti ini hingga di era modern ini. Bisa dibilang, kincir angin kuno ini merupakan cikal bakal kincir angin modern yang digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga angin.


Menara Angin Persia

Masih dari peradaban Persia kuno, menara angin atau wind tower ini digunakan oleh masyarakat Persia untuk sistem ventilasi udara di rumah - rumah mereka. Sistem ventilasi mereka jauh lebih rumit dari sistem ventilasi yang ada di rumah kita.

Sistem ventilasi yang mereka kembangkan sejak 2.000 tahun yang lalu ini mungkin hanya bisa disaingi oleh sistem ventilasi dengan teknologi modern. Prinsipnya adalah dengan menggunakan kombinasi perbedaan tekanan udara, dan penyesuaian iklim lingkungan di daerah Persia.


Saluran Air Grafitasi Romawi




Bangsa Romawi kuno juga mengembangkan suatu saluran air yang memanfaatkan gravitasi bumi untuk mengalirkan air ke seluruh wilayah Romawi. Selain digunakan untuk mengalirkan air, saluran air gravitasi ini juga digunakan dalam berbagai kegiatan masyarakatnya, diantaranya untuk roda air, hidrolik penghancur bijih besi, dan lain - lain.

Saluran Bawah Tanah




Karena Yerussalem terletak di dataran tinggi dan jauh dari sumber air, maka kota ini memenuhi kebutuhan air dari sungai bawah tanah. Masyarakatnya telah mengembangkan suatu saluran air bawah tanah yang masih bisa digunakan hingga saat ini, meski telah berumur puluhan ribu tahun.


Pemanfaatan Energi Geothermal

Peradaban Romawi kuno telah memanfaatkan energi panas bumi untuk memenuhi kebutuhan energinya. Energi panas bumi berasal dari gunung berapi Vesuvius, yang kemudian memanaskan air di sekitar wilayah tersebut.

Panas yang dihasilkan tadi kemudian digunakan untuk berbagai hal, seperti untuk pemandian air panas, hidrolik, kebutuhan medis, dan lainnya. Jika listrik telah ditemukan pada masa itu, mungkin sumber energi ini bisa dimanfaatkan lebih luas lagi.


Pemanfaatan Energi Surya




Pemanfaatan energi surya telah ditemukan oleh peradaban Yunani kuno. Jika kita menggunakan sel surya sebagai pembangkit tenaga listrik, maka peradaban Yunani kuno menggunakannya sebagai cadangan panas selama musim dingin berlangsung.

Konsepnya begitu sederhana, mereka membuat bangunan yang menghadap ke arah matahari, dan seluruh bangunan didesain seperti itu untuk menangkap sinar matahari sebanyak - banyaknya di siang hari karena sinar matahari lebih rendah dari atap mereka.

Ketika di malam hari, seluruh Peradaban Romawi selangkah lebih maju dengan menambahkan kaca untuk menyerap panas matahari dengan maksimal. Ternyata pemanfaatan tenaga surya itu sudah ada sejak lama ya.


Istana Tebing (Cliff Palace)



Tempat yang disebut dengan Istana Tebing ini terletak di Mesa Verde National Park, Colorado. Bangunan unik ini dibangun oleh masyarakat Amerika Utara pada zaman dahulu. Desain konstruksi yang unik ini memiliki tujuan sebagai pendinginan dari sengatan matahari yang panas pada masa itu.

Kita tidak bisa meremehkan begitu saja bangunan - bangunan zaman dahulu. Terkadang, dengan teknologi modern sekalipun, belum tentu dapat menghasilkan bangunan serupa dengan fungsi yang sama pula. Arsitektur zaman kuno memang luar biasa, menandakan bahwa pencapaian ilmu pengetahuan pada masa itu tergolong maju.

Kebun Raya Eka Karya


Pulau Bali selalu identik dengan Pantai Kuta dan Tanah Lot. Hampir sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Bali menyempatkan diri untuk singgah ke dua tempat tersebut. Nyatanya, selain Kuta dan Tanah Lot

, ada lagi obyek wisata yang sayang jika dilewatkan saat mengunjungi Pulau Dewata ini. Obyek wisata tersebut adalah Kebun Raya “Eka Karya” Bali, atau yang juga dikenal sebagai Kebun Raya Bedugul karena terletak di daerah Bedugul.



Kebun Raya Bali merupakan satu dari empat kebun raya yang ada di Indonesia, yakni Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, dan Kebun Raya Purwodadi. Dari keempat kebun raya yang ada di Indonesia tersebut, Kebun Raya Bali merupakan kebun raya dengan usia termuda – usianya tahun ini 51 tahun – dan satu-satunya kebun raya yang didirikan oleh putra-putri daerah tanpa campur tangan pihak kolonial Belanda.



Terciptanya Kebun Raya Bali berawal dari gagasan Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo (Direktur Lembaga Pusat Penyelidikan Alam yang merangkap sebagai Kepala Kebun Raya Indonesia) dan I Made Taman (Kepala Lembaga Pelestarian dan Pengawetan Alam) untuk mendirikan cabang kebun raya di luar Pulau Jawa. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya dipilihlah Bali sebagai lokasi kebun raya yang baru. Tepat pada tanggal 15 Juli 1959, Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo meresmikan Kebun Raya Bali. Nama Eka Karya sendiri diusulkan oleh I Made Taman. “Eka” berarti satu, sedangkan “karya” berarti hasil kerja. Jadi, Eka Karya dapat diartikan sebagai rebun raya pertama yang didirikan atas hasil kerja keras bangsa Indonesia setelah mengalami kemerdekaan.



Kawasan Kebun Raya Bali berada pada ketinggian 1.250-1.450 m dpl dengan suhu 18-20 derajat celcius. Pada awalnya, kebun raya yang memiliki ciri khas koleksi tanaman dataran tinggi kering ini didirikan dengan tujuan untuk mengkoleksi tumbuhan berdaun jarum (Gymnospermae) dari seluruh dunia. Namun, pada perkembangannya kebun raya ini menjadi kawasan konservasi ex-situ tumbuhan pegunungan tropika kawasan timur Indonesia seperti Bali, Nusa tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.




Saat ini Kebun Raya Bali memiliki koleksi tumbuhan mencapai 2.171 jenis dan 18.494 spesies tanaman. Jumlah tersebut terus bertambah dari tahun ke tahun. Selain itu, Kebun Raya Bali juga memiliki koleksi khusus seperti anggrek, kaktus, tumbuhan paku, tumbuhan air, tumbuhan obat, tumbuhan upacara adat, mawar, serta begonia. Bahkan, khusus untuk begonia, Kebun Raya Bali merupakan salah satu kebun raya yang memiliki koleksi begonia terbesar di dunia dengan lebih dari 200 jenis. Hal ini menjadikan Kebun Raya Bali sebagai pusat koleksi dan pengembangan begonia di Indonesia.








Keistimewaan

Konsep yang diusung oleh Kebun Raya Bali sangatlah berbeda dengan konsep kebun raya di Indonesia lainnya. Kebun Raya Bali tidak hanya sebagai pusat konservasi tanaman saja, namun lebih dari pada itu, Kebun Raya Bali juga merupakan perpaduan hutan alam dan tradisi Bali yang lekat dengan nilai-nilai budaya. Bisa dibilang Kebun Raya Bali merupakan simbiosis dari situs purba, kearifan lokal pengobatan, arsitektur, dan sastra lama.

Saat memasuki kawasan Kebun Raya Bali, Anda akan menjumpai gerbang utama yang berbentuk candi bentar (terbelah) seperti yang biasa ditemui di pura-pura Pulau Dewata. Setelah itu, di sepanjang Boulevard Ramayana Anda akan disuguhi pemandangan eksotis yang mengandung wacana sastra lama. Ada jalinan kisah Ramayana yang tersaji melalui deretan 9 patung berukuran besar. Di kanan-kiri patung-patung berjejer deretan bunga kana berwarna merah dengan latar belakang rumput hijau dan lebatnya hutan di kejauhan.

Keunikan lain dari kebun Raya Bali adalah adanya Taman Panca Yadnya seluas 5,53 ha, dengan koleksi tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan bangunan, hiasan pura, sesaji, dan kegiatan upacara keagamaan lainnya. Hal ini menunjukkan betapa eloknya harmoni yang tercipta antara Kebun Raya Bali dengan budaya Hindu. Selain Taman Panca Yadnya, di kawasan ini juga terdapat Taman Usada yang memiliki sekitar 300 jenis tumbuhan berkhasiat dalam sistem pengobatan tradisional Bali. Wisatawan yang berkunjung ke tempat ini juga dapat belajar tentang khasiat dari masing-masing tanaman tersebut. Di dalam kebun raya ini wisatawan juga akan mendapati Herbarium Hortus Botanicus Baliense, Taman Mawar, Taman Anggrek, Taman Cyathea (paku-pakuan), Rumah Kaca Kaktus, Pura Batu Meringgit dan Pura Terate Bang.

Ada banyak aktivitas yang dapat Anda lakukan selama mengunjungi kebun raya ini. Rombongan keluarga biasanya akan duduk-duduk di atas rumput hijau sambil mengawasi anak-anak mereka yang berlarian kesana kemari. Anda yang suka petualangan dapat mencoba berbagai permainan high rope yang tersedia di kawasan ini. Bagi Anda yang ingin berjalan-jalan menyusuri kebun raya ini, pengelola Kebun Raya Bali telah membagi rute perjalanan menjadi beberapa jalur, yakni jalur kuning, jalur ungu, jalur merah, jalur biru, dan jalur burung.

Jalur Kuning berawal dari candi bentar sebagai gerbang utama. Setelah itu Anda akan melewati jalan beraspal, jalan setapak, dan sesekali jalan padang rumput. Di sepanjang jalur kuning Anda akan menemui pohon cemara pandak yang menjadi inang bagi tumbuhan lain seperti paku-pakuan dan anggrek, koleksi tanaman upacara (daun sirih, bunga melati, kayu dadap, kunyit, dan lain-lain), bunga bangkai, tanaman pandan, Pura Batu Meringgit, serta patung Rahwana Jatayu dan Patung Kumbakarna Laga. Rute Jalur Kuning ini melingkar, sehingga perjalanan akan berakhir kembali di pintu utama tempat Anda masuk.

Jalur Ungu disediakan bagi Anda pecinta anggrek. Karena, di sepanjang jalur ungu ini Anda akan menemui berbagai koleksi tanaman anggrek serta koleksi kaktus. Anggrek tersebut tidak hanya berasal dari Indonesia, namun juga ada anggrek dari Amerika Utara dan Amerika Selatan. Hampir sebagian besar anggrek-anggrek tersebut berbunga sepanjang tahun dengan warna-warna yang mencolok seperti merah, ungu, jingga, maupun oranye. Jika Anda beruntung, Anda akan menemukan bunga anggrek hitam yang sangat terkenal itu.

Jalur Merah merupakan jalur yang melewati koleksi tanaman tradisional masyarakat Bali. Koleksi tanaman tersebut terbagi dalam beberapa jenis, yakni tanaman yang dapat dimakan, tanaman obat, tanaman bumbu masak, tanaman serat yang dapat digunakan sebagai bahan pakaian, tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, dan tanaman yang biasa digunakan untuk upacara. Selain itu, Anda juga akan melewati rumah tradisional Bali yang unik.

Jalur Biru adalah jalur dengan jalan berbatu yang mengelilingi koleksi tumbuhan paku. Tumbuhan paku yang ada mencapai 200 jenis yang terdiri dari paku suplir, paku pohon, paku rane, paku sarang burung, dan jenis-jenis lainnya. Di jalur biru ini juga terdapat tumbuhan paku yang sangat kuno yakni paku belalai gajah.

Jalur Burung merupakan jalur yang dirancang sedemikian rupa supaya Anda dapat melihat burung di habitatnya langsung. Ada berbagai jenis burung yang akan Anda jumpai di kawasan ini seperti burung isap madu Australia, burung walet sapi, burung tekukur, bondol jawa, dan burung kepodang.

Setelah lelah berjalan-jalan, sempatkanlah diri Anda untuk singgah sejenak ke Pura Ulun Danu yang terletak di tepi Danau Beratan. Suasana damai dan tenang yang ada di tempat itu akan mampu menghapus semua keletihan dan penat Anda. Selain itu, Anda juga bisa mampir ke kafe yang terletak tidak jauh dari Taman Usada.

Lokasi

Kebun Raya Eka Karya Bali terletak di kawasan Bedugul, atau tepatnya di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, Indonesia.

Akses

Akses menuju Kebun Raya Bali tergolong mudah karena tempat ini dapat dicapai menggunakan mobil atau sepeda motor. Kebun Raya Bali terletak 60 km arah utara Kota Denpasar dan dapat ditempuh dalam waktu 1,5 jam. Sedangkan dari Singaraja hanya berjarak sekitar 30 km ke arah selatan. Anda tidak disarankan naik angkutan umum karena keberadaanya yang sedikit serta jadwal yang tidak menentu.

Harga Tiket

Untuk dapat menikmati keindahan Kebun Raya Bali, pengunjung diwajibkan membayar tiket masuk sebesar Rp 7.000,00, sedangkan tiket masuk mobil sebesar Rp 12.000,00. Selain tiket masuk, Kebun Raya Bali juga menerapkan peraturan pembayaran tiket parkir bagi kendaraan. Tiket parkir sepeda motor Rp 3.000,00, kendaraan roda 4 Rp 6.000,00, dan kendaraan roda 6 Rp 12.000,00.

Kebun Raya Bali buka mulai pukul 08.00 – 18.00 WITA. Beberapa area seperti taman anggrek, kaktus, dan begonia akan tutup lebih awal karena alasan keamanan. Kebun ini buka setiap hari. Libur hanya dilaksanakan pada hari raya Nyepi.

Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Kebun Raya Bali memiliki berbagai fasilitas dan sarana pendukung yang memberi kemudahan kepada wisatawan. Fasilitas tersebut antara lain: ruang pertemuan Nayaka Loka, Pura Ulun Danu, gedung pusat informasi, koperasi, stand suvenir, stand penjualan tanaman, kafe, dan perpustakaan. Perpustakaan yang ada di Kebun Raya Bali memiliki koleksi buku lengkap di bidang botani, pertanian, pertamanan, komputer, koran, dan majalah.

Bagi Anda yang ingin menikmati keindahan dan ketenangan kebun raya di malam hari, pihak pengelola telah menyediakan tiga jenis penginapan yang dapat Anda sewa. Yang pertama adalah mess VIP dengan tarif Rp 200.000,00/malam. Anda dapat menikmati kebun yang luas dan pemandangan hutan tropis yang menawan. Pilihan kedua adalah mess Etnobotani dengan tarif Rp 250.000,00/malam. Mess ini memiliki tatanan rumah Bali tradisional dam terletak di dekat Danau Beratan. Penginapan yang terakhir adalah mess peneliti dengan tarif Rp 100.000/malam.

Selain penginapan, pengelola Kebun Raya Bali juga menyediakan program outbond yang tingkat kesulitannya disesuaikan dengan usia peserta. Untuk dapat mengikuti program outbond ini, Anda bisa menghubungi pihak pengelola secara langsung. Sedangkan bagi rombongan pelajar maupun wisatawan umum yang ingin mengetahui tentang seluk-beluk kebun raya, Anda dapat menghubungi pengelola untuk mendapatkan jasa pemandu wisata. Anda juga dapat memilih bahasa pengantar yang akan digunakan, bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.

Di akhir kunjungan, Anda dapat mampir sejenak ke Pasar Candikuning yang terletak di kiri jalan Denpasar-Singaraja, dekat pintu masuk areal kebun raya. Di pasar ini Anda dapat membeli oleh-oleh berupa buah-buahan segar, sayur, tanaman hias, dan berbagi suvenir sebagai bukti bahwa Anda telah berwisata ke daerah Bedugul.

Kamis, 16 Juni 2011

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP)


Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) mempunyai peranan yang penting dalam sejarah konservasi di Indonesia
TNGP merupakan 5 Taman Nasional pertama yang ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1980
Keadaan alamnya yang khas dan unik, menjadikan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
sebagai salah satu laboratorium alam yang menarik minat para peneliti sejak lama

Pengelolaan Kawasan

TNGGP merupakan salah satu dari 5 taman nasional yang dideklarasi oleh Pemerintah Indonesia tahun 1980
dan sampai tahun 2007 sudah 50 taman nasional dibentuk oleh Pemerintah di seluruh Indonesia
Seperti halnya kawasan konservasi lainnya di Indonesia pengelolaan kawasan TNGP merupakan tanggungjawab dari
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan

Secara administratif kawasan TNGP berada di 3 kabupaten (Bogor, Cianjur dan Sukabumi) Propinsi Jawa Barat
dengan letak geografis antara 6°41’ - 6°51’ LS, 106°50’ - 107°02’ BT
Kantor pengelola yaitu Balai Besar TNGGP berada di Cibodas dan dalam pengelolaannya dibagi menjadi 3 (tiga)
Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (Bidang PTN Wil)
yaitu PTN Wil I di Cianjur, PTN Wil II di Selabintana-Sukabumi dan TN Wil III di Bogor



Tentang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Dengan luas 22.851,03 Ha kawasan Taman Nasional ini ditutupi oleh hutan hujan tropis pegunungan dengan
hanya berjarak 2 jam (± 100 km) dari Jakarta
Di dalam kawasan hutan TNGGP, dapat ditemukan “si pohon raksasa” Rasamala, “si pemburu serangga” atau
kantong semar (Nephentes spp)
berjenis-jenis anggrek hutan, dan bahkan ada beberapa jenis tumbuhan yang belum dikenal namanya secara ilmiah
, seperti jamur yang bercahaya

Disamping keunikan tumbuhannya kawasan TNGGP juga merupakan habitat dari berbagai jenis satwa liar seperti
kepik raksasa dan lebih dari 100 jenis mamalia seperti Kijang, Pelanduk, Anjing hutan, Macan tutul, Sigung,
dll serta 250 jenis burung
Kawasan ini juga merupakan habitat Owa Jawa, Surili dan Lutung juga Elang Jawa yang populasinya hampir mendekati punah
Ketika anda hiking di kawasan TNGGP anda dapat menikmati keindahan ekologi hutan Indonesia

Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfir pada tahun 1977
dan sebagai Sister Park dengan Taman Negara di Malaysia pada tahun 1995


Sejarah dan legenda yang merupakan kepercayaan masyarakat setempat yaitu tentang keberadaan Eyang Suryakencana
dan Prabu Siliwangi di Gunung Gede
Masyarakat percaya bahwa roh Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi akan tetap menjaga Gunung Gede agar tidak meletus

Mari bersama-sama melestarikan alam yang sangat berharga ini dan mewariskannya kepada generasi yang akan datang!!!
Dimulai Dengan Hal Kecil Dengan Membuang Sampah Pada Tempatnya

Flora dan Fauna

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki keanekaragaman ekosistem yang terdiri dari ekosistem sub-montana,
montana, sub-alpin, danau, rawa, dan savana.

Ekosistem sub-montana dicirikan oleh banyaknya pohon-pohon yang besar dan tinggi seperti jamuju (Dacrycarpus imbricatus)
, dan puspa (Schima walliichii)
Sedangkan ekosistem sub-alphin dicirikan oleh adanya dataran yang ditumbuhi rumput Isachne pangerangensis,
bunga eidelweis (Anaphalis javanica), violet (Viola pilosa), dan cantigi (Vaccinium varingiaefolium)

Juga terdapatnya si pohon raksasa Rasamala (Altingi Exelsa)
kantong semar (Nephentes spp)
berjenis-jenis anggrek hutan, dan bahkan ada beberapa jenis tumbuhan yang belum dikenal namanya secara ilmiah,
seperti jamur yang bercahaya

Disamping keunikan tumbuhannya kawasan TNGGP juga merupakan habitat bagi satwa primata yang terancam punah
seperti Owa (Hylobates moloch)
Surili (Presbytis comata)
dan Lutung Budeng (Trachypithecus auratus)
dan satwa langka lainnya seperti Macan Tutul (Panthera pardus melas)
Landak Jawa (Hystrix brachyura)
Musang leher kuning (Martes flavigula)
dan Kijang (Muntiacus muntjak)
TNGP terkenal kaya akan berbagai jenis burung yaitu sebanyak 251 jenis dari 450 jenis yang terdapat di Pulau Jawa
Beberapa jenis diantaranya burung langka yaitu Elang Jawa (Spizaetus bartelsi)
dan Burung Hantu (Otus angelinae)


Wisata Alam

Ada 6 pintu masuk menuju kawasan TNGGP yaitu: Cibodas, Gunung Putri, Bodogol, Cisarua, Selabintana dan Situgunung
Kantor Balai Besar TNGGP, pusat informasi (visitor center) dan tempat pendaftaran pendakian berlokasi di Cibodas
Pintu masuk Cibodas, Gunung Putri dan Selabintana merupakan akses utama menuju puncak Gunung Gede dan Pangrango

Puncak dan Kawah Gunung Gede



Gunung Gede Pangrango

adalah satu-satunya gunung yang paling sering di daki di Indonesia ± 50.000 pendaki per tahun
bisa jadi karena lokasinya yang berdekatan dengan Jakarta dan Bandung
Untuk mengembalikan habitatnya biasanya tiap bulan Agustus ditutup untuk pendaki juga antara bulan Desember hingga Maret
Untuk mengurangi kerusakan alam maka dibuatlah beberapa jalur pendakian, namun jalur yang populer adalah melalui
pintu Cibodas
Juga Jumlah pendaki dibatasi hanya 600 orang per malam, 300 melalui Cibodas, 100 melalui Selabintana, 200 melalui
Gunung Putri

Di puncak ini terdapat tiga kawah yang masih aktif dalam satu kompleks yaitu kawah Lanang, Ratu dan Wadon
Berada pada ketinggian 2.958 m. dpl dengan jarak 9,7 km atau 5 jam perjalanan dari Cibodas






Alun-alun Suryakencana








Dataran seluas ± 50 hektar yang ditutupi hamparan bunga edelweiss
Berada pada ketinggian 2.750 m dpl dengan jarak ± 11,8 km atau ± 6 jam perjalanan dari Cibodas



Lembah Mandalawangi

Lembah Mandalawangi berada 15 menit ke arah timur dari Puncak Pangrango
banyak ditumbuhi bunga Abadi (Edelweiss) dan luasnya tidak seluas alun alun Suryakancana


Dan di lembah mandalawangi inilah abu dari jasad aktivis tahun 1960-an (Soe Hok Gie) disebar
“Aku mencintai Pangrango karena aku mencintai keberanian hidup”
tulis Gie di catatan hariannya yang dibukukan dengan judul Catatan Seorang Demonstran



Air Terjun Cibeureum



Air terjun yang mempunyai ketinggian sekitar ± 50 meter terletak sekitar ± 2,8 km dari Cibodas
Di sekitar air terjun tersebut dapat melihat sejenis lumut merah yang endemik di Jawa Barat



Telaga Biru

Danau kecil berukuran ± 5 hektar berada diketinggian 1.575 m dpl terletak ± 1,5 km dari pintu masuk Cibodas
Danau ini selalu tampak biru diterpa sinar matahari, karena ditutupi oleh ganggang biru

Air Panas

Terletak sekitar ± 5,3 km atau ± 2 jam perjalanan dari Cibodas
Air panas ini berada di terk pendakian


Kandang Batu, Kandang Badak, Gunung Putri dan Selabintana

Untuk kegiatan berkemah dan pengamatan tumbuhan/satwa


Kebun Raya Cibodas




Kebun Raya Cibodas (Cibodas Botanical Garden), terletak di Kompleks Hutan Gunung Gede Pangrango, Desa Cimacan, Pacet,
Cianjur
Topografi lapangannya bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian 1.275 m dpl, bersuhu udara 17 - 27 °C
Kebun ini didirikan pada tahun 1852 oleh Johannes Elias Teijsmann sebagai cabang dari Kebun Raya Bogor pada lokasi
di kaki Gunung Gede
dengan curah hujan 2.380 mm per tahun dan suhu rata-rata 18 °C kebun botani ini dikhususkan bagi koleksi tumbuhan
dataran tinggi basah tropika seperti berbagai tumbuhan runjung dan paku-pakuan





Pengelola Kebun Raya Cibodas yaitu UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas (LIPI) terpisah dengan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrano

Canopy Trail Ciwalen

Canopy Trail Ciwalen sepanjang 120 m dengan lebar 60 m di atas ketinggian 30 sampai dengan 40 m diatas permukaan tanah
Canopy Trail berbahan dasar bordes aluminium, sling baja dan anting-anting behel serta atap shelter dari Hollow
mampu menampung 5 – 10 orang (sekitar 300 kg) dalam satu kali trip yang baru diresmikan Menhut pada
tanggal 23 Mei 2011 kemarin

http://gedepangrango.org/
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_gedepangrango.htm
http://www.krcibodas.lipi.go.id/
http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/7276