TERIMA KASIH atas kunjungan ANDA

Kamis, 16 Juni 2011

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP)


Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) mempunyai peranan yang penting dalam sejarah konservasi di Indonesia
TNGP merupakan 5 Taman Nasional pertama yang ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1980
Keadaan alamnya yang khas dan unik, menjadikan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
sebagai salah satu laboratorium alam yang menarik minat para peneliti sejak lama

Pengelolaan Kawasan

TNGGP merupakan salah satu dari 5 taman nasional yang dideklarasi oleh Pemerintah Indonesia tahun 1980
dan sampai tahun 2007 sudah 50 taman nasional dibentuk oleh Pemerintah di seluruh Indonesia
Seperti halnya kawasan konservasi lainnya di Indonesia pengelolaan kawasan TNGP merupakan tanggungjawab dari
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan

Secara administratif kawasan TNGP berada di 3 kabupaten (Bogor, Cianjur dan Sukabumi) Propinsi Jawa Barat
dengan letak geografis antara 6°41’ - 6°51’ LS, 106°50’ - 107°02’ BT
Kantor pengelola yaitu Balai Besar TNGGP berada di Cibodas dan dalam pengelolaannya dibagi menjadi 3 (tiga)
Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (Bidang PTN Wil)
yaitu PTN Wil I di Cianjur, PTN Wil II di Selabintana-Sukabumi dan TN Wil III di Bogor



Tentang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Dengan luas 22.851,03 Ha kawasan Taman Nasional ini ditutupi oleh hutan hujan tropis pegunungan dengan
hanya berjarak 2 jam (± 100 km) dari Jakarta
Di dalam kawasan hutan TNGGP, dapat ditemukan “si pohon raksasa” Rasamala, “si pemburu serangga” atau
kantong semar (Nephentes spp)
berjenis-jenis anggrek hutan, dan bahkan ada beberapa jenis tumbuhan yang belum dikenal namanya secara ilmiah
, seperti jamur yang bercahaya

Disamping keunikan tumbuhannya kawasan TNGGP juga merupakan habitat dari berbagai jenis satwa liar seperti
kepik raksasa dan lebih dari 100 jenis mamalia seperti Kijang, Pelanduk, Anjing hutan, Macan tutul, Sigung,
dll serta 250 jenis burung
Kawasan ini juga merupakan habitat Owa Jawa, Surili dan Lutung juga Elang Jawa yang populasinya hampir mendekati punah
Ketika anda hiking di kawasan TNGGP anda dapat menikmati keindahan ekologi hutan Indonesia

Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfir pada tahun 1977
dan sebagai Sister Park dengan Taman Negara di Malaysia pada tahun 1995


Sejarah dan legenda yang merupakan kepercayaan masyarakat setempat yaitu tentang keberadaan Eyang Suryakencana
dan Prabu Siliwangi di Gunung Gede
Masyarakat percaya bahwa roh Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi akan tetap menjaga Gunung Gede agar tidak meletus

Mari bersama-sama melestarikan alam yang sangat berharga ini dan mewariskannya kepada generasi yang akan datang!!!
Dimulai Dengan Hal Kecil Dengan Membuang Sampah Pada Tempatnya

Flora dan Fauna

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki keanekaragaman ekosistem yang terdiri dari ekosistem sub-montana,
montana, sub-alpin, danau, rawa, dan savana.

Ekosistem sub-montana dicirikan oleh banyaknya pohon-pohon yang besar dan tinggi seperti jamuju (Dacrycarpus imbricatus)
, dan puspa (Schima walliichii)
Sedangkan ekosistem sub-alphin dicirikan oleh adanya dataran yang ditumbuhi rumput Isachne pangerangensis,
bunga eidelweis (Anaphalis javanica), violet (Viola pilosa), dan cantigi (Vaccinium varingiaefolium)

Juga terdapatnya si pohon raksasa Rasamala (Altingi Exelsa)
kantong semar (Nephentes spp)
berjenis-jenis anggrek hutan, dan bahkan ada beberapa jenis tumbuhan yang belum dikenal namanya secara ilmiah,
seperti jamur yang bercahaya

Disamping keunikan tumbuhannya kawasan TNGGP juga merupakan habitat bagi satwa primata yang terancam punah
seperti Owa (Hylobates moloch)
Surili (Presbytis comata)
dan Lutung Budeng (Trachypithecus auratus)
dan satwa langka lainnya seperti Macan Tutul (Panthera pardus melas)
Landak Jawa (Hystrix brachyura)
Musang leher kuning (Martes flavigula)
dan Kijang (Muntiacus muntjak)
TNGP terkenal kaya akan berbagai jenis burung yaitu sebanyak 251 jenis dari 450 jenis yang terdapat di Pulau Jawa
Beberapa jenis diantaranya burung langka yaitu Elang Jawa (Spizaetus bartelsi)
dan Burung Hantu (Otus angelinae)


Wisata Alam

Ada 6 pintu masuk menuju kawasan TNGGP yaitu: Cibodas, Gunung Putri, Bodogol, Cisarua, Selabintana dan Situgunung
Kantor Balai Besar TNGGP, pusat informasi (visitor center) dan tempat pendaftaran pendakian berlokasi di Cibodas
Pintu masuk Cibodas, Gunung Putri dan Selabintana merupakan akses utama menuju puncak Gunung Gede dan Pangrango

Puncak dan Kawah Gunung Gede



Gunung Gede Pangrango

adalah satu-satunya gunung yang paling sering di daki di Indonesia ± 50.000 pendaki per tahun
bisa jadi karena lokasinya yang berdekatan dengan Jakarta dan Bandung
Untuk mengembalikan habitatnya biasanya tiap bulan Agustus ditutup untuk pendaki juga antara bulan Desember hingga Maret
Untuk mengurangi kerusakan alam maka dibuatlah beberapa jalur pendakian, namun jalur yang populer adalah melalui
pintu Cibodas
Juga Jumlah pendaki dibatasi hanya 600 orang per malam, 300 melalui Cibodas, 100 melalui Selabintana, 200 melalui
Gunung Putri

Di puncak ini terdapat tiga kawah yang masih aktif dalam satu kompleks yaitu kawah Lanang, Ratu dan Wadon
Berada pada ketinggian 2.958 m. dpl dengan jarak 9,7 km atau 5 jam perjalanan dari Cibodas






Alun-alun Suryakencana








Dataran seluas ± 50 hektar yang ditutupi hamparan bunga edelweiss
Berada pada ketinggian 2.750 m dpl dengan jarak ± 11,8 km atau ± 6 jam perjalanan dari Cibodas



Lembah Mandalawangi

Lembah Mandalawangi berada 15 menit ke arah timur dari Puncak Pangrango
banyak ditumbuhi bunga Abadi (Edelweiss) dan luasnya tidak seluas alun alun Suryakancana


Dan di lembah mandalawangi inilah abu dari jasad aktivis tahun 1960-an (Soe Hok Gie) disebar
“Aku mencintai Pangrango karena aku mencintai keberanian hidup”
tulis Gie di catatan hariannya yang dibukukan dengan judul Catatan Seorang Demonstran



Air Terjun Cibeureum



Air terjun yang mempunyai ketinggian sekitar ± 50 meter terletak sekitar ± 2,8 km dari Cibodas
Di sekitar air terjun tersebut dapat melihat sejenis lumut merah yang endemik di Jawa Barat



Telaga Biru

Danau kecil berukuran ± 5 hektar berada diketinggian 1.575 m dpl terletak ± 1,5 km dari pintu masuk Cibodas
Danau ini selalu tampak biru diterpa sinar matahari, karena ditutupi oleh ganggang biru

Air Panas

Terletak sekitar ± 5,3 km atau ± 2 jam perjalanan dari Cibodas
Air panas ini berada di terk pendakian


Kandang Batu, Kandang Badak, Gunung Putri dan Selabintana

Untuk kegiatan berkemah dan pengamatan tumbuhan/satwa


Kebun Raya Cibodas




Kebun Raya Cibodas (Cibodas Botanical Garden), terletak di Kompleks Hutan Gunung Gede Pangrango, Desa Cimacan, Pacet,
Cianjur
Topografi lapangannya bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian 1.275 m dpl, bersuhu udara 17 - 27 °C
Kebun ini didirikan pada tahun 1852 oleh Johannes Elias Teijsmann sebagai cabang dari Kebun Raya Bogor pada lokasi
di kaki Gunung Gede
dengan curah hujan 2.380 mm per tahun dan suhu rata-rata 18 °C kebun botani ini dikhususkan bagi koleksi tumbuhan
dataran tinggi basah tropika seperti berbagai tumbuhan runjung dan paku-pakuan





Pengelola Kebun Raya Cibodas yaitu UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas (LIPI) terpisah dengan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrano

Canopy Trail Ciwalen

Canopy Trail Ciwalen sepanjang 120 m dengan lebar 60 m di atas ketinggian 30 sampai dengan 40 m diatas permukaan tanah
Canopy Trail berbahan dasar bordes aluminium, sling baja dan anting-anting behel serta atap shelter dari Hollow
mampu menampung 5 – 10 orang (sekitar 300 kg) dalam satu kali trip yang baru diresmikan Menhut pada
tanggal 23 Mei 2011 kemarin

http://gedepangrango.org/
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_gedepangrango.htm
http://www.krcibodas.lipi.go.id/
http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/7276

Tidak ada komentar:

Posting Komentar